Mar 14, 2012

...Sampai Akhir Nanti

...Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada…

— Sapardi Djoko Damono


Syair di atas seringkali kita dengar, apalagi bagiku seorang (mantan) mahasiswa sastra, puisi ini benar-benar sudah melekat erat seperti daki di kulit, seperti ketombe di kepala, seperti debu di meja, seperti jajaran kalimat di buku yang tidak pernah dibaca, hahahaha.

Tapi tak banyak yang tahu tentang makna puisi ini, banyak orang mengartikan ini adalah ungkapan cinta yang tulus. Ya, memang benar, tetapi makna dari puisi ini sendiri adalah wujud dari cinta pada Sang Khalik sebenarnya, namun karena makna puisi adalah sebuah relativitas maka terserah orang mau mengartikannya bagaimana.



Berangkat dari syair cinta "Aku Ingin", aku jadi teringat kakek dan nenekku. Mereka adalah sepasang yang menurutku tidak pernah terlihat romantis, kyahahaha. Selalu saja beradu argumen ini-itu, blablabla, dan banyak sekali ketidaksamaan dalam kesukaan. Namun kecintaan mereka pada Sang Pencipta sama-sama sangat besar. Mereka bisa bangun tengah malam untuk shalat, sahur, dan berdoa sama panjang ketika menjelang tidur. Suatu hari ketika nenek dan kakekku sakit secara berbarengan, kakekku bangun menengok ke kamar nenekku hanya sekedar berdiri melihatnya selama setengah jam hanya memastikan nenekku butuh sesuatu. Memijat punggung nenekku dan memberinya air hangat.

Melihat itu aku jadi berpikir, apakah aku dan orang-orang lain yang umurnya muda akan melakukan hal yang sama kelak, di saat kita dan pasangan sudah renta, berjalan tergopoh-gopoh, kesulitan mendengar, atau sulitnya mengingat nama cucu-cucu kita? Setiap waktu yang bergulir, rasa cinta akan selalu berbeda. Tapi berusahalah untuk tidak mengurangi sedikitpun kadarnya.


Jika kta sedang disandarkan pada keadaan dimana pasangan kita tidak menjadi pasangan yang kita inginkan, maka ingatlah suatu saat nanti, akan ada waktunya kita akan mencintai pasangan kita dengan kekurangannya itu, bangun di tengah malam melihat kita sulit tidur karena sakit. Jika kita merasa bahwa pasangan kita sungguh sangat tidak romantis, tidak ganteng (ghahaha), tidak berduit, tidak pengertian, tidak suka ini-itu, maka ingatlah satu hal bahwa tidak ada manusia yang sempurna karena kesempuranaan milik Sang Pencipta, maka cintailah sesuatu termasuk pasangan kita sesederhana mungkin dan cintailah Tuhan setinggi yang kamu bisa, sehingga Tuhan akan memberi cinta yang lebih mulia dari cinta makhluk pada dirimu.

Terdengar kayak dakwah ya? Hihihi maaf, terlalu dramatis jadinya. Hanya ingin mengingatkan untuk menjadikan cinta itu hal yang sederhana, bukan barang mewah yang mesti di-wah-wah pamer ke sana-kemari. Juga ingin mengingatkan bahwa akan ada waktu dimana kita sendiri mengalami cinta di usia senja yang mungkin akan lebih sulit lagi kita jalani nantinya.

---Kita Tahu Cinta Itu Bukan Politik Jadi Untuk Apa Kita Monopoli---

2 comments:

  1. love this one cumi...
    tumben lu sbg penulis, normal berfikir, ghahahahahahaha.............

    ReplyDelete
    Replies
    1. huh... kebetulan ajja otak gw g ketinggalan tadi, ghahaha

      Delete

terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^