Mar 7, 2012

Uming

Suatu hari di awal tahun 2008, di depan kamar kos temanku (kebetulan kami bersebelahan) ada keluarga kucing di dalam kardus. Seperti keluarga kucing pada umumnya, sang betina adalah single parent. Yang aku ingat ada 3 anak kucing kira-kira umur mereka 5 hari. Suatu hari ketika temanku pergi, kardus itu hilang ada yang bilang bahwa ada anak-anak kecil yang membawa anak kucing itu, ah aku gak peduli dan membiarkannya. Tetapi temanku sedih dan makin murung ketika induk kucing mencari anaknya. Melihat temanku itu aku jadi merasa kasian (entah pada induk kucing atau pada temanku), jadi tanpa sepengetahuan temanku aku mendatangi anak yang aku duga adalah tersangkanya, dia tidak mengaku jadi aku bilang saja bahwa kucingnya kabur dan menyuruhnya mencari. Dan tak lama dia kembali dengan kucing-kucing itu dan bilang bahwa kucing itu abis berenang (?) dan temanku menyambut gembira keluarga kucing itu, dia lupa bahwa kamarnya bukan panti asuhan jadi dia memboyong keluarga tersebut ke dalam kamarnya, bahkan selalu membuka jendela biar sang induk bisa hilir mudik. aku hanya menertawakan kelakuan temanku itu dan berharap keluarga kucing itu tidak lama-lama ngekost bersama temanku itu. Temanku tertarik dengan anak kucing putih, bulunya halus dan bagus. Ada kucing abu-abu jelek yang sangat lincah, aku bilang bahwa kucing abu itu yang bisa bertahan di kerasnya dunia ini hahaha

Suatu hari temanku harus pulang sementara ke Kalimantan dan sialnya aku yang dititipi anak-anak kucing jelek itu, tak sulitlah mengurusnya jadi aku biarkan mereka tinggal diluar, kedinginan, dan kehujanan ahahaha. Sampai mereka pun tau bahwa tempat tinggalnya di depan kamarku. Entah gimana ceritanya sampai yang tersisa hanya kucing abu-abu jelek saja, induknya sudah hamil lagi. Dan tinggal dia yang hilir mudik. Lama-kelamaan aku memelihara kucing itu karena dia bisa memakan kecoak: binatang yang aku takuti. Kucing itu bisa tau ada kecoak tanpa aku menyadarinya. Aku memanggilnya Uming, setiap aku panggil dia bisa berlari mendekatiku meski jaraknya jauh. Ketika aku akan pergi kuliah dia mengantarku sampai gang, dan menyambutku ketika pulang. Ketika libur kuliah aku menitipkannya pada ibu warung dengan sebungkus wiskas meskipun aku tau si uming tidak menyukainya.

Si Uming
Anak-anak kos banyak mengeluh padaku bahwa si uming suka masuk ke kamar mandi mereka di buang air di sana. Aku bilang bahwa memang begitu seharusnya kucing beretika dan mereka memakluminya. Si uming adalah teman terbaikku, dia bisa memakan kerupuk, keju, coklat apa saja yang bisa dia makan jika lapar. Dia tau kalo aku sedang marah. Dia tidur di dalam keresek dan menghiburku jika bersedih.
Suatu hari, si uming hamil untuk yang kedua kalinya, anak-anaknya banyak dan beraneka warna, si uming membawa anak-anaknya ke depan kamarku, membuatku kesal karena aku sudah menyimpan kardusnya di bawah tangga. Meskipun aku sudah memindahkannya, si uming tetap membawa anak-anaknya ke depan kamarku. Arggghhh… Kesal.

Poto Terakhir
Suatu hari di akhir tahun 2009, aku sibuk dengan temanku, seharian kami mengurus bisnis kami di kamar kosan. Malamnya aku memanggil-manggi si Uming tapi gak muncul juga. Hingga keesokan harinya aku gak lihat si uming. Dua hari berikutnya aku tau bahwa si uming dan anak-anaknya ada yang membuang. Aku sungguh sakit, kesal, dan dendam. Tapi aku gada sedikitpun keberanian untuk bertanya siapa dan kemana si Uming dibuang. Sampai ketika aku harus pindah kosan, aku berharap si Uming ada dan aku bisa bawa ke rumahku. Aku hanya bisa berdoa bahwa dia bisa bertahan dan disayangi orang seperti ku menyayanginya.

---Peliharaan Adalah Teman Terbaik Karena Mereka Bisa Mendengar Keluh Kesah Tanpa Perlu Repot Mendengar Mereka Mengeluh---

No comments:

Post a Comment

terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^