Suatu hari di awal tahun 2008, di depan kamar kos temanku (kebetulan
kami bersebelahan) ada keluarga kucing di dalam kardus. Seperti keluarga kucing
pada umumnya, sang betina adalah single parent. Yang aku ingat ada 3 anak
kucing kira-kira umur mereka 5 hari. Suatu hari ketika temanku pergi, kardus itu
hilang ada yang bilang bahwa ada anak-anak kecil yang membawa anak kucing itu,
ah aku gak peduli dan membiarkannya. Tetapi temanku sedih dan makin murung
ketika induk kucing mencari anaknya. Melihat temanku itu aku jadi merasa kasian
(entah pada induk kucing atau pada temanku), jadi tanpa sepengetahuan temanku
aku mendatangi anak yang aku duga adalah tersangkanya, dia tidak mengaku jadi
aku bilang saja bahwa kucingnya kabur dan menyuruhnya mencari. Dan tak lama dia
kembali dengan kucing-kucing itu dan bilang bahwa kucing itu abis berenang (?) dan
temanku menyambut gembira keluarga kucing itu, dia lupa bahwa kamarnya bukan
panti asuhan jadi dia memboyong keluarga tersebut ke dalam kamarnya, bahkan
selalu membuka jendela biar sang induk bisa hilir mudik. aku hanya menertawakan
kelakuan temanku itu dan berharap keluarga kucing itu tidak lama-lama ngekost
bersama temanku itu. Temanku tertarik dengan anak kucing putih, bulunya halus
dan bagus. Ada kucing abu-abu jelek yang sangat lincah, aku bilang bahwa
kucing abu itu yang bisa bertahan di kerasnya dunia ini hahaha
Suatu hari temanku harus pulang sementara ke Kalimantan dan sialnya
aku yang dititipi anak-anak kucing jelek itu, tak sulitlah mengurusnya jadi aku
biarkan mereka tinggal diluar, kedinginan, dan kehujanan ahahaha. Sampai mereka
pun tau bahwa tempat tinggalnya di depan kamarku. Entah gimana ceritanya sampai
yang tersisa hanya kucing abu-abu jelek saja, induknya sudah hamil lagi. Dan
tinggal dia yang hilir mudik. Lama-kelamaan aku memelihara kucing itu karena
dia bisa memakan kecoak: binatang yang aku takuti. Kucing itu bisa tau ada
kecoak tanpa aku menyadarinya. Aku memanggilnya Uming, setiap aku panggil dia bisa
berlari mendekatiku meski jaraknya jauh. Ketika aku akan pergi kuliah dia
mengantarku sampai gang, dan menyambutku ketika pulang. Ketika libur kuliah aku
menitipkannya pada ibu warung dengan sebungkus wiskas meskipun aku tau si uming
tidak menyukainya.
Si Uming |
Anak-anak kos banyak mengeluh padaku bahwa si uming suka masuk ke
kamar mandi mereka di buang air di sana. Aku bilang bahwa memang begitu
seharusnya kucing beretika dan mereka memakluminya. Si uming adalah teman
terbaikku, dia bisa memakan kerupuk, keju, coklat apa saja yang bisa dia makan
jika lapar. Dia tau kalo aku sedang marah. Dia tidur di dalam keresek dan
menghiburku jika bersedih.
Suatu hari, si uming hamil untuk yang kedua kalinya, anak-anaknya
banyak dan beraneka warna, si uming membawa anak-anaknya ke depan kamarku, membuatku
kesal karena aku sudah menyimpan kardusnya di bawah tangga. Meskipun aku sudah
memindahkannya, si uming tetap membawa anak-anaknya ke depan kamarku. Arggghhh… Kesal.
Poto Terakhir |
Suatu hari di akhir tahun 2009, aku sibuk dengan temanku, seharian
kami mengurus bisnis kami di kamar kosan. Malamnya aku memanggil-manggi si
Uming tapi gak muncul juga. Hingga keesokan harinya aku gak lihat si uming. Dua
hari berikutnya aku tau bahwa si uming dan anak-anaknya ada yang membuang. Aku
sungguh sakit, kesal, dan dendam. Tapi aku gada sedikitpun keberanian untuk
bertanya siapa dan kemana si Uming dibuang. Sampai ketika aku harus pindah
kosan, aku berharap si Uming ada dan aku bisa bawa ke rumahku. Aku hanya bisa
berdoa bahwa dia bisa bertahan dan disayangi orang seperti ku menyayanginya.
---Peliharaan Adalah Teman Terbaik Karena Mereka Bisa Mendengar Keluh Kesah Tanpa Perlu Repot Mendengar Mereka Mengeluh---
No comments:
Post a Comment
terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^