May 26, 2011

The Big Window

...dan aku kembali dihancurkan waktu.

Sudah hampir setahun melakukan rutinitas yang sama tanpa terlalu ingin berubah, mungkin karena aku orang yang gampang puas diri tanpa ingin nampak lebih dari orang lain. Aku sama sekali gak punya planing untuk diriku sendiri, yang kulakukan adalah selalu punya planing untuk orang lain, memberi nasehat ini-itu, dan orang lain berubah, aku tetap... biasa.

Orang lain melihat aku yang perfeksionis dalam waktu, tapi sebenarnya aku semerawut, kacau, dan malas XD. Aku selalu berpikir waktu adalah jalan panjang, lurus, dan santai. Aku sebaik mungkin menghindari masalah, halangan, dan godaan karena aku tahu hal itu buruk dan tidak penting. Seperti ketika masih kecil aku tidak suka main petak-umpet, bersepeda, main kasti, atau main bola. Karena kupikir buat apa aku ngumpet agar dicari yang lain, bercapek-capek main sepeda, berlari-lari, atau rebutan main bola-aku tinggal minta dibelikan bola saja dan kumainkan sendiri. Ya, hidupku tanpa tantangan, dan aku lebih suka memandang teman-teman bermain dibalik jendela, mengamati. Sampai sekarang aku masih jadi seorang pengamat dan melihat orang-orang melakukan apa dan akan bereaksi seperti apa, aku tahu beberapa karakter manusia dan dia akan berakhir seperti apa. Sampai saat ini akupun tidak mengerti kenapa aku bisa dengan cepat menangkap reaksi dan perilaku bahkan sifat seseorang hanya dengan melihat wajahnya.

Ocean


Aku orang yang gampang sekali membenci sesuatu dan seseorang, lalu menghindarinya sebaik mungkin hingga aku jangan sampai terpengaruh. Aku lebih banyak berpikir negatif, karena percaya segala sesuatu lebih banyak diliputi hal negatif daripada positif.



Beberapa hari yang lalu di kantin kampus, aku melihat 3 mahasiswa (sekitar) tingkat 2, memakai kacamata, syal, kemeja, dan bergaya jappanese, lalu mereka masing2 menatap laptop, memutar video boyband korea lalu memperagakan adegan-adegan tarian sepersis mungkin, aku senyum-senyum sendiri melihatnya, mereka berlogat korea dan memasukkan beberapa kata korea ke dalam pembicaraannya. Melihat itu aku seperti melihat masa lalu, ketika di tingkat yang hampir sama dengan mereka, akupun melakukan hal yang sama (kecuali adegan berjoged), di tempat yang sama. Memiliki mimpi segala tentang Jepang, tapi beberapa tahun kemudian mimpi itu tak lagi ada, hancur oleh hal-hal yang kuanggap lebih penting, kuliah, skripsi, dan karir, mugkin tentang keluarga. Aku tak lagi muda, dan aku harus stop bermimpi tentang hal-hal yang sebenarnya gakkan ada hubungannya dengan kehidupan yang nyata, sekarang saatnya membangun hal yang BIASA saja, kuliah, kerja, berkeluarga karena aku sudah merasa cukup menikmati masa mudaku.

Namun, ketika mengakhiri sesuatu aku bingung untuk memulai dari mana, aku serasa asing, tak mungkin selamanya aku menatap jendela dan melihat orang-orang tumbuh sejahtera, bahagia, maju, sedangkan aku terasing di ruang kosong ditemani jendela.

...dan aku kembali dihancurkan waktu.

No comments:

Post a Comment

terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^