May 26, 2011

The Big Window

...dan aku kembali dihancurkan waktu.

Sudah hampir setahun melakukan rutinitas yang sama tanpa terlalu ingin berubah, mungkin karena aku orang yang gampang puas diri tanpa ingin nampak lebih dari orang lain. Aku sama sekali gak punya planing untuk diriku sendiri, yang kulakukan adalah selalu punya planing untuk orang lain, memberi nasehat ini-itu, dan orang lain berubah, aku tetap... biasa.

Orang lain melihat aku yang perfeksionis dalam waktu, tapi sebenarnya aku semerawut, kacau, dan malas XD. Aku selalu berpikir waktu adalah jalan panjang, lurus, dan santai. Aku sebaik mungkin menghindari masalah, halangan, dan godaan karena aku tahu hal itu buruk dan tidak penting. Seperti ketika masih kecil aku tidak suka main petak-umpet, bersepeda, main kasti, atau main bola. Karena kupikir buat apa aku ngumpet agar dicari yang lain, bercapek-capek main sepeda, berlari-lari, atau rebutan main bola-aku tinggal minta dibelikan bola saja dan kumainkan sendiri. Ya, hidupku tanpa tantangan, dan aku lebih suka memandang teman-teman bermain dibalik jendela, mengamati. Sampai sekarang aku masih jadi seorang pengamat dan melihat orang-orang melakukan apa dan akan bereaksi seperti apa, aku tahu beberapa karakter manusia dan dia akan berakhir seperti apa. Sampai saat ini akupun tidak mengerti kenapa aku bisa dengan cepat menangkap reaksi dan perilaku bahkan sifat seseorang hanya dengan melihat wajahnya.

Ocean


Aku orang yang gampang sekali membenci sesuatu dan seseorang, lalu menghindarinya sebaik mungkin hingga aku jangan sampai terpengaruh. Aku lebih banyak berpikir negatif, karena percaya segala sesuatu lebih banyak diliputi hal negatif daripada positif.

May 6, 2011

skripsi, mimpi, semiotik, dan malaikat

Malam ini lagi-lagi aku bengong depan layar pc, tiba-tiba nyuruh Dewi 'Dee' Lestari untuk nyanyi Malaikat Juga Tahu. Sekitar setahun yang lalu, aku lagi ngubek-ngubek tema skripsi yang akan aku teliti. Pada awalnya proposalku tentang folklor masyarakat Banjar ditolak. Maka beralihlah pada sastra modern/kontemprer yang sebenarnya lebih mudah untukku menguasai objek kajiannya. Namun, disitulah masalahnya, aku sama-sekali gak punya karya sastra yang menarik untuk dikaji karena aku si bodoh yang gak suka baca. Akhirnya, temanku memberi solusi untuk ngambil karya yang terakhir aku baca, yakni saat itu kebetulan (benar-benar kebetulan aku baca novel) aku baru selesai membaca Rectoverso. Dan aku begitu terpesona oleh suara dan kalimat Dee (karena Rectoverso adalah kumpulan cerpen dan album musik).

Small Poster Available On The Book


Banyak hal yang bisa dikaji dari Recoverso, baik berdasarkan semiotik (ilmu tentang tanda), sosiologi sastra, resepsi sastra (analisis berdasarkan penerimaan karya sastra dari pembaca), feminis, stilistik (gaya bahasa), psikologi sastra, dsb (biar dianggap pinter padahal lupa-lupa inget, kyahahaha). Aku kebingungan, kesulitan, malas... malas... malas... akhirnya tekor deh 2 bulan, ahahaha. Aku menanyakan pada temanku tentang adanya transformasi dari lirik ke cerpen yang sebenarnya bagi beberapa orang adalah hal yang gak nyambung dan tidak mungkin dipecahkan berdasarkan kajian sastra, namun aku yakin pasti ada, karena sastra adalah sebuah teks, lirik adalah sebuah teks (puisi liris), sama halnya dengan drama yang memiliki teks drama yang dinamakan sastra. Aku gak pernah sesemangat saat itu, biasanya aku selalu semangat dengan tidur atau ngerumpi, juga ketika bolos kuliah.

May 5, 2011

Mari Berbisnis

Aku terlahir sebagai sims (baca: manusia) yang frugal (based on sims traits, The Sims 3 game) yakni perilaku irit dan hemat teramat sangat. Bagaimana tidak, waktu aku akan dilahirkan menuju bidan/dokter/rumahsakit/dukun/BRC, aku lahir di mobil ketika setengah perjalanan berlangsung karena saat itu mungkin aku pikir akan sangat mahal biaya persalinan. Banyak hal keiritan-keiritan yang aku lakukan yang membuat teman-temanku jengkel ketika mengajakku ke mall, nonton di bioskop, makan di cafe, atau hal-hal lain yang mengeluarkan uang yang banyak.

Akan tetapi, sifat frugal ini bukan hal yang buruk buat si Embe (baca: pacarku bukan peliharaan). Ketika teman-teman laki-laki mengeluh ketika pulang dari dating mereka akan menghabiskan separuh atau kadang seluruh uang mereka untuk mengajak jalan-jalan, makan, nonton, atau membelikan beberapa stuff untuk pacar mereka, si Embe gak perlu susah-susah kayak gitu karena aku gak suka ke mall atau keramaian; gak suka nonton dengan banyak orang; gak suka fastfood, western food or Italian food; dan gak suka boneka, coklat, dan bunga potong

Yup, memang perilaku ini sedikit menyimpang dan membuatku lebih menyukai bagaimana caranya menghasilkan uang bukan menghabiskannya. Berangkat dari itu semua, aku suka dengan bisnis, creativity, dan beberapa hal yang menghasilkan uang. Banyak usaha yang pernah aku lakukan dan semuanya tentang penjualan tentunya. Meskipun semua hal itu belum membuatku kaya, tetapi ada sense sendiri ketika menawarkan barang dan saat dagangan kita dibeli orang. Banyak diantara teman dan saudara aku yang berwiraniaga, mereka dengan kreatifvitas dan semangat menyala-nyala seperti kompor. Ada pula yang masih malu menawarkan barang dagangannya padahal yang mereka jual bukan narkoba.

Tulisan Pertamaku

Dosenku dulu pernah berkata, "Seorang penulis yang baik adalah juga seorang pembaca yang baik." Maka sangat wajar jika aku orang yang sangat kesulitan menulis karena buku bacaan saja aku gak punya, aku sangat selektif memilih buku, dimulai dari harga, lalu cover, ketebalan buku, jumlah halaman, berat buku, dan tetek bengek lain yang gak ada hubungannya dengan kualitas si buku, jadi intinya bertambahlah panggilan untukku "Penulis yang buruk, pembaca yang buruk, dan pembeli yang payah"

Bicara tentang buku dan karya tulis, serta kebodohanku dalam dunia tersebut, bertambahlah ketololanku dengan mengambil kuliah sastra -yang bakat dalam dunia tulisan, bahasa, dan sastra tidak aku miliki. alhasil, minat dan bakat yang tidak aku miliki menambah beban SKS dan beban moral serta modal yang akhirnya jadi meral pula waktu kuliahku menjadi 10 semester. Jadi, apapun bentuk ketololan, kebodohan, ataupun kesalahan, toh pada akhirnya akan terlewati juga, dari kesalahan akan jadi tahapan menuju kesuksesan, seperti halnya kita tidak akan tahu enaknya rasa manis tanpa tahu pahit itu bagaimana. Mau Pak Budiono seorang guru-pun, toh akhirnya beliau jadi wakil presiden, mau Delon jualan ember-pun pada akhirnya dia jadi selebritis, mau J.K Rowling ibu rumah tangga-pun, dia bisa jadi penulis juga.