Nov 2, 2012

Sastra, Film, dan Sinetron Populer Indonesia

Kehadiran tiga media di atas, apalagi ditambah kata "Indonesia", pasti kita bakal tahu apa yang menjadi ikon utamanya. Populer itu identik dengan kata menghibur, terkenal, fenomenal, dan dibuat dengan produksi massal. Karena pada hakikatnya populer memiliki fungsi memberikan nilai keuntungan bagi pembuatnya.
Akan tetapi, antara sastra dan film, keduanya juga menjadi subjek kreativitas dan inovativitas. Kehadiran tokoh-tokoh dalam kedua genre untuk saat ini, di Indonesia, belum memiliki dua kategori di atas. Tokoh-tokohnya masih seputar gadis cantik miskin mencintai lelaki kaya, kekayaan menjadi nilai materi utama namun disamarkan dengan kebaikan sifat-sifat tokoh utama yang tidak mementingkan kekayaan, dengan salah satu kasus menemukan dompet dan mengembalikannya pada si kaya, dan mereka jatuh cinta dan si miskin jadi kaya. salah satu cerita yang pada faktanya ketika aku kehilangan dompet, tidak pernah sekalipun ada lelaki ganteng yang mengembalikannya. Maka dalam hal ini, cerita-cerita populer itu hanya menutupi kebohongan publik.


Buku bukanlah properti utama di rumahku, meskipun ada beberapa buku tulis, buku pelajaran, serta buku-buku gambar adikku yang berserakan dimana-mana, tidak ada buku sastra yang berjejer di rak-rak tinggi. Tidak ada. Karena keluargaku bukanlah pecinta buku. Mamaku suka membaca, kadang aku mendapati beliau sedang fokus membaca brosur produk supermarket. Bapakku apalagi, beliau membaca tumpukkan undangan di meja, lalu mengomentari undangan dimulai dari isi, poto, dan hal-hal gak penting lainnya. Maka dari itu, sangatlah tidak penting membicarakan kakak dan adikku yang keduanya tidak pernah aku lihat mereka membaca. Aku, aku suka membaca itu jika pilihan lainnya adalah menulis.



Ketika buku tidak ada di dalam rumah, maka televisi jadi objek utama dalam dunia hiburan keluarga. Tv di rumahku menyala hanya ketika acara gosip, film kartun, dan On The Spot di Trans7, selain itu, tv kadang menyala, itu jika ada tamu yang kalo tuan rumah malas ngobrol dengannya. Keluargaku anti film dan sinetron Indonesia, pernah ketika kami menontonnya, kami hanya saling mengomentari ketika dalam cerita muncul siluman-siluman yang tinggal di rumah besar.



Aku tidak habis pikir dengan cerita-cerita di film dan sinetron Indonesia, ketika muncul judul "Tukang Bubur Naik Andong", di ceritanya tidak sekalipun (mungkin karena hanya sesekali lihat) mereka bikin bubur dan jual buburnya. Berbeda ketika aku menonton film Korea "Bread Love and Dream" disorotnya cara membuat roti, ke-spesial-an roti ditampilkan. Apakah sangat tidak menarik memperlihatkan keistimewaan membuat bubur? Ada jutaan makanan di Indonesia, apakah tidak satupun dari ratusan produser atau penulis naskah yang kepikiran menjadikan tema "Cendol, Cinta, dan Mimpi"? Yang tentu saja "Cendol" jadi cerita utama, bukan si Cinta Jual Cendol tukang Mimpi.



Mempersempit ruang cerita juga bisa jadi ide baru, lebih mudah dan ekonomis jika yang diceritakan hanya rumah, sekolah, dan kantor. Tak perlu ada rumah, sekolah, kantor, taman, nenek, kakek, cicit, buyut, dan akhirnya episode tak cukup sampai 100, itu juga baru sesson 1. Sifat juga jadi "warisan keluarga", ibu jahat anaknya pasti jahat, lalu si baik ditolong oleh peri dan bidadari, dan mereka melupakan bahwa di Indonesia itu kita punya polisi, pengacara, dan lainnya. Jadi, nilai kebaikan moral tokoh utama hanya jadi andalan film dan sinetron Indonesia untuk lulus sensor dan bisa tayang. Tetapi sama sekali tidak jadi teladan, karena yang diteladani oleh penonton cuma bagaimana sangat menariknya ketika orang miskin jadi kaya, orang jelek jadi cantik, orang jahat kecelakan dan mobilnya hancur berserakan. Jika penonton masih belum puas, maka penulis naskah membangkitkan si jahat dari kubur dan akhirnya penderitaan tiada akhir kembali dirasakan si baik. Jadi, apakah cerita-cerita semacam itu akan tetap muncul 10 atau 20 tahun ke depan? Jika iya, maka sebaiknya dimasukan sajja ke dalam sejarah Indonesia.

No comments:

Post a Comment

terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^