Dalam salah satu kuliah, aku mendengar pernyataan dosen, "Hakikat manusia itu adalah bagaimana dia menciptakan sesuatu dalam hidupnya. Jika manusia itu belum membuat 'produk' apapun, dia belum seutuhnya menjadi manusia." Mendengar itu aku langsung diam, apa yang telah aku buat? Secara materi gada satu hal pun yang aku produksi, yang tentunya mendapatkan keuntungan.
Sampai saat ini, nilai materi menjadi titik utama hidupku. Bagaimana sebuah nominal rupiah jadi barometer kesusksesan, kebahagiaan dan kesejahteraan. Jika menghitung uang yang telah aku keluarkan dari semenjak lahir, maka bisa disimpulkan bahwa aku manusia golongan 'bangkrut' luar biasa. Mari kita keluar dari urusan batiniah yang mendepak kepuasan nonmateri. Oke, itu urusan lain. Kalo dicampur dengan masalah batin, tentu aku adalah manusia yang 'lumayan' bahagia.
Melihat sekeliling manusia dalam hidupku, berseliweran makhluk-makhluk luar biasa yang memiliki 'karya' produksinya masing-masing, bagaimana mereka bekerja dan menghasilkan uang dan kemudian mereka entah menggunakannya untuk apa. Tentu jika menjadikan orang lain sebagai barometer kesuksesan kita, maka tentu saja gakan ada ujungnya.
Kembali ke manusia dan produksinya, sebagai 'sanguinis super', aku merasa telah menciptakan diri sendiri sebagai produk yang memiliki nilai di mata sekelilingnya, dimana diriku telah membangun sebuah karakter yang bisa berbaur dan persuasif. OKE, itu gak cukup! Gada yang ngasih duit setelah aku ngasih nasehat, gada nilai nominal angka dalam dompet setelah kau cukup punya banyak teman. Jadi dalam hal ini aku 'gagal' memproduksi. Jadi pertanyaannya, apa yang akan aku produksi? Apa yang kamu produksi? Apa yang kita produksi?
No comments:
Post a Comment
terima kasih banyak komentarnya, ya ^_^