Mar 21, 2013

Diam Itu Emas dan juga Bijak

semua orang ingin bicara, tapi tak ada yang mau mendengar

Kalimat itu adalah salah satu status temanku di pesbuk. Mungkin terdengar biasa, tetapi bagiku luar biasa ^_^ Ini mengingatkanku pada hal yang kadang jadi masalah siswa atau mahasiswa, beberapa orang termasuk guru/dosen menganggap bahwa siswa yang bertanya adalah siswa yang 'baik'. Untuk kategori ini aku tidak jadi bagian di dalamnya karena aku bukanlah seorang penanya yang brilian. Butuh waktu lama untuk memikirkan "Bagaimana bisa menjadi seseorang penanya?", "Kok bisa sih orang itu kepikiran untuk bertanya kayak gitu?", dan pada akhirnya "Tanya apa ajja deh biar bisa didengar". Yeah, bermunculan sering banget kalimat-kalimat semacam itu, dan susah sekali mengakui bahwa kita bukanlah orang yang pintar bertanya.


Teman kelasku tadi berkata bahwa aku adalah orang yang sangat pasif di kelas, sesi pertanyaan aku jadi orang yang mirip alien, membatu, atau pura-pura bisu. Tapi tak banyak yang tahu bahwa sebenernya aku... Ehm... adalah pendengar yang baik hihihihi. Tidak masalah aku bukan orang yang pintar di kelas, hanya saja aku suka sekali mendengar suara orang. Ketika mendengar pertanyaan aku kadang memejamkan mata dan hanya berfokus pada suaranya, dari suara, intonasi, dan bahasa, aku bisa mendengar diri mereka, karakter mereka, apa maksud pertanyaan mereka. Hal yang bodoh memang, but i like it. Aku memang menjadi pendengar setia curhat-curhat teman dekatku, aku suka cerita orang baru yang kukenal di dalam perjalanan, aku suka mendengar emosi dari setiap orang, dari sana aku merasa bisa menjadi bijak bahwa mendengar bukanlah hal yang hina.

Jadi jika kalian menganggap bahwa menjadi pembicara itu amat mulia, apakah pendengarmu kamu anggap juga demikian? Apa jika pasanganmu gak asik karena gak pernah denger keluh kesahmu, apakah kamu menjadi pendengar yang baik buat mereka? Akupun suka bicara, mengobrol, beberapa teman kadang suka memotong pembicaraanku, memaksa untuk didengar, itu gak apa-apa karena mungkin obrolan kita kurang menarik, atau dia ingin didengar sangat ingin didengar. Pernah gak kalian pura-pura antusias mendengar cerita orang, lihat deh muka mereka saat kamu pura-pura atau memang antusias, kamu akan melihat hal yang menakjubkan di dalam mata mereka, aku gak tahu apa kata yang tepat, tapi aku menyebutnya... percaya.

--- Menjadi Bijak Tak Hanya dari Pajak, Tapi Dari Mendengar hihihihi ---

Mar 1, 2013

My Life as a Newborn Vegan

Lama sebenernya pengen nulis ini, cuma sebagai manusia biasa aku memiliki kemampuan "Lupa dan Malas". Udah hampir 8 Bulan tinggal di Yogyakarta membuatku banyak berubah. Perbedaan cuaca dan makanan menjadi faktor utama yang bagiku penting. Cuaca di Yogyakarta (sangat) panas, berbeda dengan Bandung, soal makanan sampai saat ini aku belum bisa menerima makanan di sini, tapi tentu saja aku makan karena laper :p

Tepat tanggal 26 Oktober 2012, saat itu Idul Adha, adalah hari terakhir aku makan daging (sapi, ayam/unggas, kambing). Ya, sampai hari ini aku seorang vegan atau vegetarian. Pertama kali terpikir menjadi vegetarian adalah ketika aku bertemu teman yang seorang vegetarian karena sering makan dengannya, aku menghargai dia dengan tidak makan daging, meskipun dia sendiri sebenarnya tidak keberatan. Saat itulah aku berpikir bahwa aku bisa bertahan ternyata tanpa makan daging -_-

Makanan di Jogja yang berunsur daging aku tidak terlalu suka, entah karena cara pengolahannya atau bagaimana sehingga aku merasa tidak nyaman dengan rasa, bentuk, serta aromanya. Maka sejak mudik dari Idul Adha itulah aku memiliki rencana tidak makan daging di Yogyakarta sajja. Tetapi ketika pulang ke Bandung aku kok jadi tidak berselera makan daging? Aku tidak lagi makan daging, kecuali telur, ikan,  susu, dan seafood. Sebenaranya sampai saat ini aku tidak mengatakan secara pasti bahwa aku vegetarian karena ketika makan mie rebus instan, misalnya, ada daging kering, aku makan juga :D hahahha, entahlah. aku merasa bahwa ikatan tentang menjadi seorang vegan bukan karena kebutuhan akan kesehatan, itu tentang bagaimana aku bisa mengendalikan diri sendiri. Ketika saat aku masih mengkonsumsi daging, aku sangat pilih-pilih makanan, kadang sampai aku memilih tidak makan hanya karena tidak nafsu atau tidak ada makanan yang aku inginkan.