Oh, bukan… ini bukan judul skripsi. Aku nulis ini karena (sepertinya) BB sedang marak ya? Hehehe. Dilihat dari judulnya kelihatan bahwa yang dimaksud ‘orang yang tidak memilikinya’ adalah aku sendiri. Ini bukan curhat lho. OKE, INI CURHAT! Jadi begini, akhir-akhir ini banyak banget yang nanya PIN padahal umurku bukan balita yang layak di imunisasi dalam rangka Pekan Imunisasi Nasional. Tapi, aku menjawab ketidakpunyaan PIN tersebut dengan santai dan biasa saja (sambil lempar bata). Awalnya bingung juga, apa yang dimaksud PIN? Apa itu BBM? Jujur aku merasa menjadi katroisme saat itu.
Arben |
Kenapa contohnya mesti BB? Ya iyalah masa kompor?! Ya, mungkin karena contoh yang paling dekat itu BB. Jadi gak usah banyak nanya, BACA AJA! Beberapa teman di FB pun ada yang memperbaharui statusnya dari BB, ada yang statusnya pun ingin BB, ada juga yang bau BB.
Suatu hari aku hendak ke suatu tempat (kalimat yang janggal), dan naik angkot, di sisi kanan anak SMA memakai HP BB dan sebelah kiri (kemungkinan) mahasiswa yang juga memakai HP bermerk sama. Kemudian hal itu berlangsung sama ketika mendapati orang-orang di tempat lain pun memakai HP yang berasal dari Kanada tersebut. Maka aku bertanya dalam hati “Lagi musim ya?” Lalu aku iseng mengeluarkan hape mamaku yang berlabel “Blueberry” (aku suka karena icon artisnya itu Agnes Monica). Lalu kedua orang di sisi kiri-kananku langsung pada kaget, kyahahaha.
Suatu hari aku hendak ke suatu tempat (kalimat yang janggal), dan naik angkot, di sisi kanan anak SMA memakai HP BB dan sebelah kiri (kemungkinan) mahasiswa yang juga memakai HP bermerk sama. Kemudian hal itu berlangsung sama ketika mendapati orang-orang di tempat lain pun memakai HP yang berasal dari Kanada tersebut. Maka aku bertanya dalam hati “Lagi musim ya?” Lalu aku iseng mengeluarkan hape mamaku yang berlabel “Blueberry” (aku suka karena icon artisnya itu Agnes Monica). Lalu kedua orang di sisi kiri-kananku langsung pada kaget, kyahahaha.
Beberapa waktu yang lalu teman kakakku main ke rumah, dia yang punya profesi sama dengan kakakku yakni
seorang guru, memamerkan BB barunya. Kakakku bertanya apa kelebihan dari
hapenya? Temannya menjawab bisa BBM dsb,
dan biaya paketnya sekitar 100K perbulan. Oh, tentu aku dan kakakku
kaget mendengarnya, 100K adalah harga yang mewah menurut kami. Biaya modem yang
biasanya kami pakai (secara bergilir, ouch… diksi yang sadis) cuma 40K sebulan
dan kami merasa berdosa karena sebenarnya biaya modem itu adalah biaya yang
tidak penting. Teman kakakku pun merasa menyesal telah membeli hape itu karena
biayanya terlalu mahal dan dia tidak terlalu perlu menggunakannya sebenarnya. Adapun dari temanku
juga mengeluhkan adiknya yang sekolah di SMA merengek minta BB hanya karena
tuntutan pergaulan.
Beberapa
waktu lalu, aku naik elf (kendaraan umum berbentuk minibus) dan mendapati
supirnya memakai BB (juga). Sebenarnya aku udah berusaha poto tapi kendaraannya
bergerak-gerak cepat dan potonya jadi blur (lagi-lagi nyalahin kamera,
photographer payah). Pengen ketawa juga rasanya, jadi dalam hal ini aku
benar-benar katroisme.
Pamanku pernah bertanya suatu hari, “Diantara orang-orang yang kamu kenal, mana yang lebih banyak; orang yang materinya cukup tapi hidup sederhana atau orang yang hidup pas-pasan tapi maksain diri?” Aku jawab bahwa yang kedualah yang banyak aku kenal.
Dalam hal
ini anggaplah bahwa merk hape tersebut terlalu LUX bagiku, tapi mungkin bagi
sebagian orang mungkin produk murah, dan mungkin berkata, "Lo aja yang gak kebeli, ini kan produk dengan harga biasa aja, nenek gw aja kebeli 3!". Tapi pernahkah kalian bertanya, memiliki gadget terbaru itu karena kebutuhan yang sangat-sangat perlu, atau hanya sebagai gadget pendukung kepedean hingga merasa setara atau merasa lebih dari orang lain?
Gambar Diambil Dari Salah Satu Blog, I Like It! |
Aku menulis ini bukan bermaksud
menyinggung gaya hidup seseorang dan merasa gaya hidupku itu paling benar. Tidak.
Apa yang orang lain pilih adalah pilihannya, apa yang orang lain pikir tentang
kita juga pilihannya. Tapi sebisa mungkin percaya dirilah dengan apa yang kita
punya, karena kita mungkin hanya mampu sampai situ. Ingat, ambisius dan
memaksakan diri itu jaraknya Caheum-Ledeng alias jauh.
Aku pun tidak bermaksud mengaitkan ini pada ajaran agama yang tidak memperbolehkan perilaku berlebihan, tapi ajarkanlah kepada adik dan orang-orang disekitar kita untuk mensyukuri apa yang kita miliki. Dimulai dari kita. Hapeku itu 6120 dan aku
bangga (dengan kameranya yang burem itu) karena materiku mungkin hanya cukup
sampai 6120 (hiks) hehe.
---Budayakan
Hidup Sederhana dan Buanglah Sampah Pada Tempatnya---
Yuk, mari kaya raya tapi sederhana
ReplyDeleteSederhana lho bukan pelit ^^
itu paman yang mana yg ngomong, bijak sekali..
Yang pasti bukan Paman Crabb hehehehe
ReplyDelete